Selasa, 24 Juni 2014

Teknik penambangan batubara

TEKNIK PENAMBANGAN BATUBARA
Metode Penambangan Batubara tergantung ;
1.         Keadaan geologi daerah antara lain :
·        sifat lapisan batuan penutup.
·        batuan lantai batubara.  
·        sturktur geologi.
2.      Keadaan lapisan batubara dan bentuk deposit.

TAMBANG DALAM
Cara tambang dalam dilakukan dengan jalan membuat lubang persiapan baik berupa lubang sumuran atau pun berupa lubang datar ataupun lubang menurun menuju lapisan batubara yang akan di tambang. Selanjutnya dibuat lubang bukaan pada lapisan batubaranya sendiri.
Cara Penambangan;
Ø Secara manual; menggunakan banyak alat yang memakai tenaga manusia.

Ø Secara Mekanis ; Mempergunakan alat sederhana sampai menggunakan sistem elektronis dengan pengendali  jarak  jauh.
Metode penambangan batubara dengan metode tambang dalam yang terpenting badalah bagaimana mempertahankan lubang bukaan seaman mungkin agar terhindar dari kemungkinan;
a.       Keruntuhan atap batuan.
b.       Ambruknya dinding lubang (rib spalling)
c.       Penggelembungan lantai lapisan batubara (floor heave)
Kejadian tersebut disebabkan oleh terlepasnya energi yang tersimpan secara alamiah dalam endapan batubara. Energi yang terpendam tersebut merupakan akibat terjadi perubahan atau deformasi bentuk endapan batubara selama berlangsungnya pembentukan deposit tersebut. Pelepasan energi tersebut disebabkan oleh adanya perubahan keseimbangan tegangan yang terdapat pada massa batuan akibat dilakukannya kegiatan pembuatan lubang-lubang bukaan tambang. Disamping itu, kegagalan dapat disebabkan batuan dan batubara itu tidak mempunyai daya penyangga di samping faktor-faktor alami dari keadaan geologi endpan batubara tersebut.
Untuk mencapai keinginan tersebut maka pada setiap pembuatan lubang bukaan selalu di usahakan agar ;
1.         Kemampuan penyangga dari  atap lapisan
2.       Kekuatan lantai lapisan batubara
3.       Kemampuan daya dukung pilar penyangga
Metode penambangan secara tambang dalam pada garis besarnya dapat di bedakan
1.         Room and Pillar (Board and Pillar)
2.       Loangwall

OPEN PIT – TAMBANG TERBUKA
Penambangan dengan metoda tambang terbuka adalah suatu kegiatan penggalian bahan galian seperti batubara, ore (bijih), batu dan sebagainya di mana para pekerja berhubungan langsung dengan udara luar.dan iklim.  Tambang terbuka (open pit mining) juga disebut dengan open cut mining; adalah metoda penambangan yang dipakai untuk menggali mineral deposit yang ada pada suatu batuan yang berada atau dekat denganp ermukaan.

Metoda ini cocok dipakai untuk endapan yang berbentuk horizontal yang memungkinkan produksi tinggi dengan ongkos rendah.  Walaupun “stripping” dan “quarrying” termasuk ke dalam open pit mining, namun strip mining biasanya dipakai untuk penambangan batubara dan quarry mining yang berhubungan dengan produksi non-metallic minerals seperti dimension stone, rock aggregates, dll.

Kegiatan penambangan ini terkadang berada di bawah permukaan tanah, bahkan kedalamannya dapat mencapai ratusan meter seperti pada tambang terbuka tembaga (copper mine) di Bingham Canyon Utah (USA).

Apabila diyakini keberadaan endapan mineral dekat dengan permukaan, hingga dapat dipastikan pemilihan metoda penambangannya adalah tambang terbuka (open pit); hanya perlu dipertanyakan tentang “economic cut off limitnya”, hingga dimungkinkan adanya perubahan metoda penambangan ke arah underground (tambang bawah tanah) bila penyebaran endapan mineral dapat menjamin.

Kebanyakan tambang batubara di Indonesia menggunakan metoda tambang terbuka, oleh karena sebagian besar cadangan batubara terdapat pada dataran rendah atau pada daerah pegunungan dengan topografi yang landai dengan kemiringan lapisan batubara yang kecil (<30°).  Untuk cebakan yang berada di bawah permukaan tetapi relatif masih dangkal, maka metoda penambangan terbuka umumnya akan lebih ekonomis dibandingkan dengan tambang dalam (bawah permukaan).  Dan bila cebakan itu berada jauh di bawah permukaan dengan bentuk yang tidak beraturan, maka mungkin penambangan dengan cara tambang bawah tanah yang masih dianggap ekonomis.

Ada kriteria yang dapat digunakan sebagai dasar untuk penentuan pemilihan apakah suatu cadangan (lapisan batubara) akan ditambang dengan metoda tambang terbuka atau tambang dalam yaitu dengan membandingkan besarnya nilai tanah penutup (waste) yang harus digali dengan volume atau tonase batubara yang dapat ditambang.  Perbandingan ini dikenal dengan istilah “stripping ratio”.  Apabila nilai perbandingan ini (stripping ratio) masih dalam batas-batas keuntungan, maka metoda  tambang terbuka dianggap masih ekonomis.   Sebaliknya apabila nilainya di luar batas keuntungan, maka metoda penambangan tambang dalam yang dipilih. 
.
Beberapa keuntungan menggunakan
Tambang Terbuka,antara lain :
1)        Produksi tinggi.
2)       Konsentrasi operasi (kegiatan) tinggi.
3)      Ongkos operasi per ton endapan yang ditambang rendah.
4)      Kegiatan eksplorasi dan keadaan geologi lebih mudah.
5)      Leluasa dalam pemilihan alat gali/muat.
6)      Recovery tinggi.
7)      Perencanaan lebih sederhana.
8)      Kondisi kerja lebih baik /karena berhubungan dengan udara luar.
9)      Relatif lebih aman.
10)    Pemakaian bahan peledak leluasa dan effisien.
.
PEMILIHAN METODE PENAMBANGAN
1.         Biaya penambangan
2.       Batubara yang dapat di ambil (coal recovery)
3.       Stripping Ratio
4.       Biaya Produksi
5.       Market batubara
6.       Pengotoran hasil produksi oleh batuan ikutan

STRIPPING RATIO
Suatu rencana penambangan batubara diperhitungkan apabila dilaksanakan secara tambang dalam memerlukan biaya Rp 20.000 setiap tonnya. Apabila dilakukan secara tambang terbuka Rp 8000,- sedangkan biaya pengupasan tanag pada tambang terbuka adalah Rp 2000 pertonnya.
Stripping ratio antara tambang terbuka yang menghasilkan perbedaan biaya impas (break even cost) dengan penambangann secara tambang dalam adalah
 


Dengan demikian break even stripping ratio adalah 6 : 1 yang berarti bahwa untuk mengambil 1 ton batubara maksimum jumlah tanah penutup harus dibuang 6 ton.



Senin, 23 Juni 2014

PENENTUAN KUALITAS BATUBARA


PENENTUAN KUALITAS BATUBARA


PARAMETER


1.      ANALISA PROXIMAT
      TOTAL MOISTURE
      ASH CONTENT
      TOTAL SULPHUR
      CALORIVIC VALUE
      VOLATILE MATTER
      HGI
Rumus
%Im + %Ash + %Vm + %FC =     100 %

2.      ANALISA ULTIMATE
C, H, O, N, S 


TOTAL MOISTURE

MOISTURE DALAM BATUBARA TERDIRI DARI
  1. INHERENT MOISTURE
  2. FREE MOISTURE
Rumus
TM = Fm + Im
Tm = Total Moisture
Fm = Free Moisture
Im  = Inherent moisture

TM dipengaruhi oleh
  1. Peringkat Batubara
  2. Size
  3. Kondisi cuaca


 ASH CONTENT

KARAKTERISTIK ABU BATUBARA DINYATAKAN OLEH KOMPOSISI ABU,TIPE ABU, INDEKS SLAGGING DAN INDEKS FOULING
  1. KOMPOSISI ABU DAPAT DITENTUKAN DARI SIFAT KEASAMAN DAN KEBASAAN NYA
Fe2O3 + CaO + MgO + Na2O +K2O
SiO2 + Al2O3 +TiO2
  1. 2. INDEKS SLAGGING MENUNJUKKAN JUMLAH PYRITE YANG MEMPENGARUHI OKSIDASI BESI

Rumus : Rs = Rasio basa/asam x %S
Rasio asam basa mempunyai nilai 0,6 sampai 0,75
  1. 3.      FOULING FACTOR MENUNJUKKAN PARTIKEL ABU MELEKAT

Rumus : Rf = Rasio asam/basa x Na2O 


TOTAL SULPHUR

SULFUR BERADA DALAM 3 BENTUK UTAMA
  1. Pyritic Sulfur Ex: Fe2S, FeS2
  2. Organic Sulfur >>>> Terikat dalam batubara
  3. Sulphate

CALORIVIC VALUE

Nilai calorivic value adalah jumlah panas pembakaran dari bahan yang dapat terbakar.
Ada 2 penentuan CV:
  1. The Higher Heating Value (HHV)
Diasumsi bahwa uap air dalam produk pembakaran mengembun dan karenanya termasuk panas laten penguapan air tersebut dalam produk pembakaran
  1. 2.      Lower Heating Value (LHV)

Panas berguna tersedia dari suatu batubara
Rumus :
LHV    = HHV – 0,024 (9H) + M   , MJ/Kg
HHV   = Gross CV pada volume Konstan
LHV    = Net CV pada tekanan konstan
H         = kadar Hidrogen dalam batubara
M          = kadar air lembab (%TM) dalam batubara
1 MJ/Kg = 239 kcal/Kg = 430 Btu/Lb

VOLATILE MATTER

      KADAR ZAT TERBANG


HGI (HARD GROVE GRINDABILITY INDEX)

      KETERGERUSAN BATUBARA ADALAH UKURAN KEMUDAHAN BATUBARA UNTUK DIGERUS SAMPAI KEHALUSAN TERTENTU
      SEMAKIN TINGGI NILAI HGI SEMAKIN MUDAH DIGERUS
      KADAR AIR DAN ABU MENYEBABKAN SEMAKIN SULIT DIGERUS



KLASIFIKASI BATUBARA

      SISTEM KLASIFIKASI BATUBARA DARI YANG RENDAH SAMPAI YANG TINGGU DITENTUKAN OLEH PARAMETER VM, FC, CV MELALUI METODE ASTM
      METODE ASTM BERDASAR PADA DRY MINERAL MATTER FREE (dmmf)
      Rumus :
  1. Kadar FC = %FC dmmf =
100(FC – 0,15S) / (100 – (M + 1,08 A + 0,55 S)
2.  Kadar VM = %VM dmmf = 100 - %FC dmmf
3.  CV (Nilai kalori) = CV dmmf =
<(CV x 1,80) – (50 x S)>/100 - <(1,08 x A) + (0,55 x S)> x 100 



gumuk pasir

GUMUK PASIR

Bentuklahan asal proses eolin dapat terbentuk dengan baik jika memiliki persyaratan sebagai berikut :
1. Tersedia material berukuran pasir halus hingga pasir kasar dengan jumlah yang banyak
2. Adanya periode kering yang panjang dan tegas
3. Adanya angin yang mampu mengangkut dan mengendapkan bahan pasir tersebut
4. Gerakan angin tidak banyak terhalang oleh vegetasi maupun objek yang lain.
Endapan oleh angin terbentuk oleh adanya pengikisan,pengangkutan dan pengendapan bahan-bahan tidak kompak oleh angin. Endapan karena angin yang paling utama adalah gumuk pasir(sandunes),dan endapan debu(loose). Kegiatan angin mempunyai dua aspek utama,yaitu bersifat erosif dan deposisi. Bentuklahan yang berkembang terdahulu mungkin akan berkembang dengan baik apabila di padang pasir terdapat batuan.
Pada hakekatnya bentuklahan asal proses eolin dapat dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Erosional, contohnya : lubang angin dan lubang ombak
2. Deposisional, contohnya : gumuk pasir (sandunes)
3. Residual , contohnya : lag deposit, deflation hollow , dan pans
Contoh bentuk lahan asal proses eolin :
1. Gumuk Pasir atau Sandunes
Gumuk pasir adalah gundukan bukit atau igir dari pasir yang terhembus angin. Gumuk pasir dapat dijumpai pada daerah yang memiliki pasir sebagai material utama, kecepatan angin tinggi untuk mengikis dan mengangkut butir-butir berukuran pasir, dan permukaan tanah untuk tempat pengendapan pasir, biasanya terbentuk di daerah arid (kering).
Bentuk gumuk pasir bermacam-macam tergantung pada faktor-faktor jumlah dan ukuran butir pasir, kekuatan dan arah angin, dan keadaan vegetasi. Bentuk gumuk pasir pokok yang perlu dikenal adalah bentuk sabit (barchans),melintang (transverse), memanjang (longitudinal dune), parabola (parabolik), bintang (star dune).
Morfologi
Secara garis besar, ada dua tipe gumuk pasir, yaitu free dunes (terbentuk tanpa adanya suatu penghalang) dan impedeed Dunes (yang terbentuk karena adanya suatu penghalang).Beberapa tipe gumuk pasir:
a. Gumuk Pasir sabit (barchan)
Gumuk pasir ini bentuknya menyerupai bulan sabit dan terbentuk pada daerah yang tidak memiliki barrier.(penghalang) Besarnya kemiringan lereng daerah yang menghadap angin lebih landai dibandingkan dengan kemiringan lereng daerah yang membelakangi angin, sehingga apabila dibuat penampang melintang tidak simetri. Ketinggian gumuk pasir barchan umumnya antara 5 – 15 meter. Gumuk pasir ini merupakan perkembangan, karena proses eolin tersebut terhalangi oleh adanya beberapa tumbuhan, sehingga terbentuk gumuk pasir seperti ini dan daerah yang menghadap angin lebih landai dibandingkan dengan kemiringan lereng daerah yang membelakangi angin.
b . Gumuk Pasir Melintang (transverse dune)
Gumuk pasir ini terbentuk di daerah yang tidak berpenghalang dan banyak cadangan pasirnya. Bentuk gumuk pasir melintang menyerupai ombak dan tegak lurus terhadap arah angin. Awalnya, gumuk pasir ini mungkin hanya beberapa saja, kemudian karena proses eolin yang terus menerus maka terbentuklah bagian yang lain dan menjadi sebuah koloni. Gumuk pasir ini akan berkembang menjadi bulan sabit apabila pasokan pasirnya berkurang.
c. Gumuk Pasir Parabolik
Gumuk pasir ini hampir sama dengan gumuk pasir barchan akan tetapi yang membedakan adalah arah angin. Gumuk pasir parabolik arahnya berhadapan dengan datangnya angin. Awalnya, mungkin gumuk pasir ini berbentuk sebuah bukit dan melintang, tetapi karena pasokan pasirnya berkurang maka gumuk pasir ini terus tergerus oleh angin sehingga membentuk sabit dengan bagian yang menghadap ke arah angin curam.
d. Gumuk Pasir Memanjang (longitudinal dune)
Gumuk pasir memanjang adalah gumuk pasir yang berbentuk lurus dan sejajar satu sama lain. Arah dari gumuk pasir tersebut searah dengan gerakan angin. Gumuk pasir ini berkembang karena berubahnya arah angin dan terdapatnya celah diantara bentukan gumuk pasir awal, sehingga celah yang ada terus menerus mengalami erosi sehingga menjadi lebih lebar dan memanjang.
e. Gumuk Pasir Bintang (star dune)
Gumuk pasir bintang adalah gumuk pasir yang dibentuk sebagai hasil kerja angin dengan berbagai arah yang bertumbukan. Bentukan awalnya merupakan sebuah bukit dan disekelilingnya berbentuk dataran, sehingga proses eolin pertama kali akan terfokuskan pada bukit ini dengan tenaga angin yang datang dari berbagai sudut sehingga akan terbentuk bentuklahan baru seperti bintang. Bentuk seperti ini akan hilang setelah terbentuknya bentukan baru disekitarnya.
2. Loess
Loess adalah bentuklahan asal proses eoline yang terbentuk dari bahan endapan angin yang berukuran debu oleh erosi angin yang berasal dari daerah gurun dan pada umumnya tidak berlapis. Bentuk lahan ini kemungkinan juga mengandung pasir halus dan liat. Bahan seperti loess ini menutupi 1/10 daratan di muka bumi. Loess umumnya berwarna kuning dengan sekurang kurangnya 60%-70% partikel berukuran debu dan bertekstur geluh berdebu atau geluh liat berdebu. Loess cenderung pecah-pecah pada sepanjang bidang vertical apabila terkuak oleh erosi air atau aktivitas manusia. Akibatnya banyak bidang vertical yang stabil yang mencapai ketinggian 6 m terdapat pada daerah loess di sepanjang sisi lembah dan galian untuk jalan.
Pengertian
Gumuk pasir merupakan fenomena geomorfologi yang mempunyai pengertian berupa gundukan bukit  yang berasal dari pasir yang terhembus angin. Gumuk pasir biasa ditemui pada daerah yang memiliki pasir sebagai material utama ditambah mempunyai kecepatan angin yang tinggi untuk mengikis dan mengangkut butir-butir berukuran pasir dan permukaan tanah untuk tempat pengendapan pasir, biasanya terbentuk di daerah yang kering dan berada dekat dengan lokasi.
Proses pembentukan
Proses terjadi gumuk pasir diawali dengan berhembusnya angin yang membawa butiran-butiran pasir yang membentuk bentukan alam dan disebut dengan bentang alam eolean (eolean morphology). Dan fenomena tersebut biasa di jumpai di daerah gurun tetapi untuk daerah tropis seperti Indonesia juga banyak di jumpai.
Gumuk pasir sendir biasanya mempunyai beberapa persyaratan untuk terbentuk yaitu
  • Harus tersedia pasir yang dibutuhkan
  • Angin harus konstan
  • Dan musim kering juga panjang
Jenis-jenis
Gumuk pasir ada beberapa jenis yaitu
  • Gumuk pasir  bulan sabit (barchan)
Gumuk pasir yang biasa yang lama kelamaan akan berubentuk bulan sabit karena kekurangan pasokan pasir.
  • Gumuk Pasir Parabolik (Parabolic Dune)
Gumuk pasir parabolik arahnya berhadapan dengan datangnya angin. Awalnya, mungkin gumuk pasir ini berbentuk sebuah bukit dan melintang, tetapi karena pasokan pasirnya berkurang, maka gumuk pasir ini terus tergerus oleh angin sehingga membentuk sabit dengan bagian yang menghadap ke arah angin curam.
  • Gumuk Pasir Bintang (Star Dune)
adalah gumuk pasir yang dibentuk sebagai hasil kerja angin dengan berbagai arah yang bertumbukan. Bentukan awalnya merupakan sebuah bukit dan disekelilingnya berbentuk dataran, sehingga proses aeolian pertama kali akan terfokuskan pada bukit ini dengan tenaga angin yang datang dari berbagai sudut sehingga akan terbentuk bentuklahan baru seperti bintang. Bentuk seperti ini akan hilang setelah terbentuknya bentukan baru disekitarnya.
  • Gumuk Pasir Memanjang (Linear Dune)
Gumuk pasir memanjang adalah gumuk pasir yang berbentuk lurus dan sejajar satu sama lain. Arah dari gumuk pasir tersebut searah dengan gerakan angin. Gumuk pasir ini berkembang karena berubahnya arah angin dan terdapatnya celah diantara bentukan gumuk pasir awal, sehingga celah yang ada terus menerus mengalami erosi sehingga menjadi lebih lebar dan memanjang.
Di Negara kita banyak di temukan fenomena gumuk pasir, hal ini di karenakan hal-hal yang disebut di atas. Dan gumuk pasir yang terkenal adalah gumuk pasir parangtritis yang membawa banyak material Gunung Merapi,yang dibantu oleh bentangan alam berupa Graben Bantul, Serta Sungai Opak dan Progo.   Di daerah itu diperkirakan bahwa terdapat lebih dari 200 gumuk pasir.
Manfaat gumuk pasir
Gumuk pasir bermanfaat dalam perkembangan dunia pengetahuan sebagai bahan penelitian para mahasiswa dan orang-orang yang ingin tahu proses terjadi gumuk pasir. Selain itu juga berfungsi sebagai objek wisa

Gumuk Pasir

Siapa yang mengira bahwa negara tropis yang subur seperti Indonesia memiliki hamparan gurun pasir seperti di Timur Tengah ? ya, itulah Gumuk Pasir yang tepatnya berada di Sepanjang Sungai Opak hingga Pantai Parangtritis Yogyakarta. Gumuk Pasir (Sand Dune) terjadi karena proses angin disebut sebagai bentang alam eolean (eolean morphology). Anging kencang yang terjadi sangat lama, membawa partikel pasir hingga menumpuk menjadi hamparan yang luas. Fenomena ini sering dijumpai di daerah gurun. Namun menariknya, hamparan gumuk pasir ini terjadi di Indonesia yang beriklim tropis serta curah hujan tinggi. Partikel pasir berasal dari material vulkanik Gunung Merapi yang terbawa arus sungai, hingga ke muara, lalu dihantam ombak Samudra dalam proses ribuan tahun, terjadilah gurun pasir tersebut.
Gumuk Pasir disukai peneliti Geologi dari berbagai negara karena sebagai laboratorium alam yang luas, keberadaannya sangat unik bahwakan satu-satunya di Asia Tenggara. Mirip seperti yang terjadi di Meksiko. Selain untuk penelitian, lokasi gumuk pasir sering dipakai untuk manasik haji sebelum berangkat ke tanah suci karena karakter alamnya yang mendekati keadaan di Arab Saudi, seperti cuaca ekstrim antara siang dan malam. Ada pula pekerja seni yang menggarap video klip serta menjadi latar bidikan kamera fotografer. bagi anda yang hanya ingin berwisata, dapat mampir ke museum Geospasial Gumuk Pasir di kawasan tersebut. Aksesnya pun cukup mudah hanya mengikuti jalur Pantai Parangtritis dari Terminal Giwangan naik bus yang menuju ke sana selama 40 menit perjalanan. Cukup bbayar tiket Rp3000,- per orang, tiket motor Rp500,-, tiket mobil Rp1000,- dan bus Rp2000,-.

http://img1.blogblog.com/img/icon18_wrench_allbkg.png

16 Januari 2009

Gumuk Pasir atau Sand Dunes Parangtritis

Pengertian

Gumuk pasir adalah gundukan bukit atau igir dari pasir yang terhembus angin. Gumuk pasir dapat dijumpai pada daerah yang memiliki pasir sebagai material utama, kecepatan angin tinggi untuk mengikis dan mengangkut butir-butir berukuran pasir, dan permukaan tanah untuk tempat pengendapan pasir, biasanya terbentuk di daerah arid (kering).

Gumuk pasir cenderung terbentuk dengan penampang tidak simetri. Jika tidak ada stabilisasi oleh vegetasi gumuk pasir cenderung bergeser ke arah angina berhembus, hal ini karena butir-butir pasir terhembus dari depan ke belakang gumuk. Gerakan gumuk pasir pada umumnya kurang dari 30 meter pertahun.

Bentuk gumuk pasir bermacam-macam tergantung pada faktor-faktor jumlah dan ukuran butir pasir, kekuatan dan arah angin, dan keadaan vegetasi. Bentuk gumuk pasir pokok yang perlu dikenal adalah bentuk melintang (transverse), sabit (barchan), parabola (parabolic), dan memanjang (longitudinal dune).

Secara global gumuk pasir merupakan bentuklahan bentukan asal proses angin (aeolian). Bentuklahan bentukan asal proses ini dapat berkembang dengan baik apabila terpenuhi persyaratan sebagai berikut :
  1. Tersedia material berukuran pasir halus hingga kasar dalam jumlah yang banyak.
  2. Adanya periode kering yang panjang dan tegas.
  3. Adanya angin yang mampu mengangkut dan mengendapkan bahan pasir tersebut.
  4. Gerakan angin tidak banyak terhalang oleh vegetasi maupun obyek lain.

Morfologi



Secara garis besar, ada dua tipe gumuk pasir, yaitu free dunes (terbentuk tanpa adanya suatu penghalang) dan impedeed Dunes (yang terbentuk karena adanya suatu penghalang.Beberapa tipe gumuk pasir:
  • Gumuk Pasir Tipe Barchan (barchanoid dunes)

Gumuk pasir ini bentuknya menyerupai bulan sabit dan terbentuk pada daerah yang tidak memiliki barrier. Besarnya kemiringan lereng daerah yang menghadap angin lebih landai dibandingkan dengan kemiringan lereng daerah yang membelakangi angin, sehingga apabila dibuat penampang melintang tidak simetri. Ketinggian gumuk pasir barchan umumnya antara 5 – 15 meter. Gumuk pasir ini merupakan perkembangan, karena proses eolin tersebut terhalangi oleh adanya beberapa tumbuhan, sehingga terbentuk gumuk pasir seperti ini dan daerah yang menghadap angin lebih landai dibandingkan dengan kemiringan lereng daerah yang membelakangi angin.

  • Gumuk Pasir Melintang (transverse dune)




Gumuk pasir ini terbentuk di daerah yang tidak berpenghalang dan banyak cadangan pasirnya. Bentuk gumuk pasir melintang menyerupai ombak dan tegak lurus terhadap arah angin. Awalnya, gumuk pasir ini mungkin hanya beberapa saja, kemudian karena proses eolin yang terus menerus maka terbentuklah bagian yang lain dan menjadi sebuah koloni. Gumuk pasir ini akan berkembang menjadi bulan sabit apabila pasokan pasirnya berkurang.
  • Gumuk Pasir Parabolik

Gumuk pasir ini hampir sama dengan gumuk pasir barchan akan tetapi yang membedakan adalah arah angin. Gumuk pasir parabolik arahnya berhadapan dengan datangnya angin. Awalnya, mungkin gumuk pasir ini berbentuk sebuah bukit dan melintang, tetapi karena pasokan pasirnya berkurang maka gumuk pasir ini terus tergerus oleh angin sehingga membentuk sabit dengan bagian yang menghadap ke arah angin curam.
  • Gumuk Pasir Memanjang (linear dune)

Gumuk pasir memanjang adalah gumuk pasir yang berbentuk lurus dan sejajar satu sama lain. Arah dari gumuk pasir tersebut searah dengan gerakan angin. Gumuk pasir ini berkembang karena berubahnya arah angin dan terdapatnya celah diantara bentukan gumuk pasir awal, sehingga celah yang ada terus menerus mengalami erosi sehingga menjadi lebih lebar dan memanjang.
  • Gumuk Pasir Bintang (star dune)

Gumuk pasir bintang adalah gumuk pasir yang dibentuk sebagai hasil kerja angin dengan berbagai arah yang bertumbukan. Bentukan awalnya merupakan sebuah bukit dan disekelilingnya berbentuk dataran, sehingga proses eolin pertama kali akan terfokuskan pada bukit ini dengan tenaga angin yang datang dari berbagai sudut sehingga akan terbentuk bentuklahan baru seperti bintang. Bentuk seperti ini akan hilang setelah terbentuknya bentukan baru disekitarnya.
  • Tipe Impedeed Dunes
a) Blowout



Bentuk : Terdapat penutup lahan (misal : vegetasi) disekitar cekungan. Terbentuk karena deflasi local.

b) Echo dunes



Bagian tepi yang memanjang, terpisah dari topografi penghalang.Proses pembentukan : akumulasi pada zone perputaran aliran angin karena zone penghalang.


Aspek spatial (keruangan) Gumuk Pasir Parangtritis

Seperti telah kita ketahui sebelumnya, bahwa gumuk pasir atau sand dune adalah bentukan yang terbentuk oleh akitivitas angin (eolin). Angin yang membawa pasir dan kemudian mengendapkannya akan membentuk berbagai macam tipe bentuk gumuk pasir. Pada umumnya, gumuk pasir terbentuk pada daerah gurun, namun uniknya di Indonesia yang beriklim tropis dengan curah hujan yang tinggi memiliki bentukan gumuk pasir tersebut. Oleh karena itu, gumuk pasir yang terdapat di pantai selatan Jawa tersebut merupakan satu-satunya di Indonesia. Terbentuknya gumuk pasir di pantai selatan tersebut merupakan hasil proses yang dipengaruhi oleh angin, Gunung Merapi, Graben Bantul, Serta Sungai Opak dan Progo.

Pengaruh dari Gunung Merapi
Material yang ada pada gumuk pasir di pantai selatan Jawa berasal dari Gunung Api Merapi dan gunung gunung api aktif lain yang ada di sekitarnya. Material berupa pasir dan material piroklastik lain yang dikeluarkan oleh Gunung Merapi. Akibat proses erosi dan gerak massa bautan, material kemudian terbawa oleh aliran sungai, misalnya pada  Kali Krasak, Kali Gendol, dan Kali Suci. Aliran sungai kemudian mengalirkan material tersebut hingga ke pantai selatan.



Pengaruh angin
Kekuatan angin sangat berpengaruh terhadap pembentukan gumuk pasir, karena kekuatan angin menentukan kemampuannya untuk membawa material yang berupa pasir baik melalui menggelinding (rolling), merayap, melompat, maupun terbang. Karena adanya material pasir dalam jumlah banyak serta kekuatan angin yang besar, maka pasir akan membentuk berbagai tipe gumuk pasir, baik free dunes maupun impended dunes. .Pada pantai selatan jawa, angin bertiup dari arah tenggara, hal ini menyebabkan sungai-sungai pada pantai selatan membelok ke arah kiri jika dilihat dari Samudra Hindia. Selain itu, karena arah tiupan angin tersebut, maka gumuk pasir yang terbentuk menghadap ke arah datangnya angin.

Citra daerah gumuk pasir parangtritis yang menunjukkan adanya pengaruh angin muson tenggara. ( Sumber : wikimapia.org, 2008)

Pengaruh Sungai.
Pembentukan gumuk pasir pada pantai selatan dipengaruhi oleh adanya beberapa aliran sungai, yaitu Sungai Opak-Oyo pada bagian timur dan sungai Progo pada bagian barat. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa material dari Merapi terbawa oleh aliran sungai di sekitarnya, sungai-sungai tersebut kemudian menyatu membentuk orde sungai yang lebih besar hingga menyatu membentuk sungai Opak, Oyo, dan Progo. Setelah material pasir sampai ke laut, terdapat interverensi dari ombak laut sehingga material mengendap pada pantai selatan dan selanjutnya diterbangkan oleh angin. Pada pantai selatan Jawa, material tersebut tidak diendapkan pada bagian depan dari sungai yang pada akhirnya membentuk delta, hal ini disebabkan karena kuatnya arus dan gelombang laut pantai selatan serta arahnya yang berasal dari tenggara menyebabkan material terendapkan pada bagian barat sungai.

Pengaruh Graben Bantul
Zona selatan Jawa merupakan plato yang mirining ke arah selatan menuju Samudra Hindia dan di sebelah utara banyak tebing patahan. Sebagian plato ini telah banyak terkikis sehingga kehilangan bentuk platonya. Pada daerah Jawa Tengah dan DIY, sebagian daerah tersebut telah berubah menjadi dataran alluvial, Salah satunya adalah yang terjadi pada daerah bantul yang berupa graben. Graben adalah blok patahan yang mengalami penurunan diantara dua blok patahan yang naik yang disebut dengan horst. Pada bagian timur graben, terdapat Perbukitan Batur Agung, sedangkan pada bagian barat terdapat Perbukitan Manoreh.  Akibat adanya patahan tersebut, maka batuan pada zona pertemuan kedua blok tersebut menjadi lemah sehingga mudah tererosi dan pada akhirnya membentuk sungai yang disebut dengan sungai patahan yang ditemui misalnya pada Sungai Opak-Oyo.Salah satu ciri sungai patahan yang diamati adalah adanya kelurusan sungai pada sepanjang garis patahan.


(Pantai Parangtritis)

Aspek Sosio-Culture Pantai Parangtritis dan Sekitarnya

Wilayah Pantai Parangtritis meliputi pantai Parangtritis dengan panorama alam yang ditonjolkan sebagai objek utama, Pantai parangkusumo dengan penonjolan objek budaya dan religius, serta Pantai depok dengan pariwisata kuliner yang dominan. Hal ini kemudian membentuk spatial synergism dan spatial association yang sangat baik.

Spatial synergism adalah bentuk hubungan spatial (keruangan) antara beberapa ruang atau tempat sehingga menimbulkan statu manfaat yang lebih jira dibandingkan apabila setiap ruang itu berdiri sendiri. Dalam hal ini beberapa objek wisata yang berbeda dan menjadi satu paket wisata dalam satu wilayah yang dekat menyebabkan pantai parangtritis menjadi objek wisata yang lengkap sehingga lebih menarik untuk dikunjungi.

Spatial association adalah bentuk hubungan spatial (keruangan) antara beberapa ruang atau tempat yang saling mendukung satu sama lain. Dalam hal ini keberadaan pantai depok menjadi pendukung pariwisata parangtritis dan sebaliknya.

Pantai parangkusumo ini dikenal sebagai wisata budaya yang terkait dengan adanya tempat yang diyakinmi sebagai tempat bertemunya raja mataramn dengan Nyai Roro Kidul pada masa lampau. Selain itu ada pula tempat berupa makam dari Syeh Maulana Maghribi dan Syeh Belabelu yang juga menjadi tempat peziarahan. Penduduk utamanya bermatapencaharian di bidang jasa pariwisata baik perdagangan ataupun menyewakan penginapan. Permasalahan yang kemudian timbul di sini adalah maraknya praktek prostitusi.

Hidrologi kawasan ini tidak cukup baik. Meskipun relatif dangkal, tetapi karena materi pasir memeliki kemampuan meloloskan air tinggi sehingga tidak ada aliran permukaan yang dapat di manfaatkan sebagai sumber air kecuali sungai Opak. Perkembangan pariwisata yang pesat dapat saja menyebabkan banyaknya air tanah yang diambil di daerah pesisir ini sehingga dapat menyebabkan intrusi air laut. Selain itu aktivitas ini juga menyebabkan semakin banyaknya limbah baik yang berupa sampah ataupun sisa hasil konsumsi manusia lainnya.